[Last Update: 28 September 2025 pukul 21.15]

Memasuki dua bulan pertama Liga Super, PSIM Yogyakarta menunjukkan performa yang cukup solid meski masih menyisakan banyak pekerjaan rumah. Dari 7 pertandingan, Laskar Mataram berhasil mengantongi 12 poin dengan catatan 3 kali menang, 3 kali imbang, dan hanya 1 kali kalah. Hasil ini menempatkan PSIM di jalur yang cukup positif untuk bersaing di papan tengah hingga atas.

Menariknya, distribusi poin PSIM sangat timpang antara laga kandang dan tandang. Dari total 12 poin, hanya 2 poin yang diperoleh di kandang, sedangkan 10 poin sisanya datang dari laga tandang. Fenomena ini tentu menjadi ironi, Stadion Sultan Agung yang seharusnya menjadi benteng kokoh justru belum memberi keuntungan maksimal.

Statistik Gol: Ketergantungan pada Gelandang

Sejauh ini PSIM mencetak 9 gol. Dari distribusi posisi pencetak gol, terlihat bahwa kontribusi terbesar justru datang dari sektor gelandang dengan 4 gol, disusul striker dengan 3 gol, dan bek dengan 1 gol. Satu gol tambahan berasal dari bunuh diri lawan.

Secara cara mencetak gol, variasi PSIM cukup berwarna: 3 gol kaki kanan, 2 kaki kiri, 2 sundulan, serta 1 penalti. Namun, catatan ini juga menunjukkan belum ada striker yang benar-benar tajam dan konsisten. Ketergantungan pada lini tengah untuk urusan mencetak gol bisa menjadi masalah jika lawan mampu mematikan kreativitas gelandang.

Waktu Gol: Efektivitas di Babak Kedua

Statistik waktu mencetak gol PSIM menunjukkan tren yang menarik. Di babak pertama, produktivitas masih rendah: hanya 2 gol tercipta (menit 31–45 dan injury time babak pertama). Sementara itu, di babak kedua, PSIM tampil jauh lebih berbahaya dengan total 7 gol.

Periode paling subur adalah antara menit 61–75 dan 76–90, masing-masing menghasilkan 3 gol. Tambahan 1 gol lain tercipta di masa injury time babak kedua. Pola ini mengindikasikan bahwa PSIM lebih sering “meledak” di fase akhir pertandingan. Entah karena fisik yang lebih terjaga atau karena efektivitas pergantian pemain, babak kedua jelas menjadi momen emas bagi Laskar Mataram.

Konsistensi Pemain: Trio Inti Tak Tergantikan

Dari sisi menit bermain, ada tiga pemain yang benar-benar jadi andalan utama. Nermin Haljeta, Yusaku Yamadera, dan Franco Ramos sama-sama mencatatkan menit sempurna, yaitu 630 menit dari 7 laga. Hampir tak tergantikan, ketiganya menjadi tulang punggung dalam struktur permainan PSIM.

Di bawah mereka, ada Ezequiel Vidal (627 menit) dan Ze Valente (613 menit) yang juga hampir selalu tampil penuh. Sebaliknya, ada pemain yang baru mendapat kesempatan minim seperti Dede Sapari (4 menit), Ikhsan Chan (5 menit), dan Andi Irfan (11 menit). Bahkan, ada nama-nama yang belum sama sekali mencicipi menit bermain, baik karena cedera maupun keputusan teknis pelatih.

Rotasi dan Pergantian Pemain

Peran pemain pengganti cukup vital dalam strategi PSIM. Savio Sheva menjadi supersub sejati dengan catatan 7 kali masuk dari bangku cadangan. Sementara itu, Deri Corfe dan Fahreza Sudin menjadi pemain yang paling sering ditarik keluar (masing-masing 4 kali), menunjukkan bahwa keduanya kerap dipakai sebagai starter tapi belum bisa bertahan hingga laga berakhir.

Disiplin dan Kartu Kuning

Di sektor disiplin, PSIM masih perlu memperbaiki diri. Hingga pekan ini, mereka sudah mengoleksi 16 kartu kuning, menjadikan mereka sebagai tim dengan catatan buruk nomor empat terbanyak di liga. Individu yang paling menonjol dalam hal ini adalah Reva Adi (4 kartu), Franco Ramos (3 kartu), dan Ze Valente (2 kartu). Frekuensi pelanggaran tinggi tentu bisa merugikan, apalagi jika berujung akumulasi di momen-momen krusial.

Evaluasi dan Catatan Penting

Dari seluruh data, ada beberapa hal yang bisa digarisbawahi:

Tampil lebih baik di laga tandang dibandingkan kandang. Mentalitas away cukup teruji, tapi Stadion Sultan Agung justru belum menjadi tempat angker bagi lawan.
Produktivitas gol cenderung bergantung pada lini tengah. Striker perlu lebih tajam agar variasi serangan tidak mudah dibaca.
PSIM lebih berbahaya di babak kedua. Kondisi fisik dan efektivitas pergantian menjadi kunci, tapi start lambat bisa jadi masalah.
Rotasi pemain masih terbatas. Hanya segelintir pemain yang jadi pilihan utama, sementara banyak pemain lain minim menit bermain.
Kedisiplinan masih jadi PR besar. 16 kartu kuning di 7 laga bukan angka yang bisa dianggap remeh.

Dua bulan pertama Liga Super menunjukkan bahwa PSIM punya potensi besar, tapi juga masih menyimpan ketidakseimbangan. Keberanian bermain tandang dan daya ledak di babak kedua adalah modal bagus. Namun, ketajaman striker, konsistensi di kandang, serta pengendalian emosi harus segera dibenahi. Jika tidak, perjalanan panjang musim ini bisa tersendat.

Laskar Mataram masih punya waktu untuk memperbaiki diri, dan statistik ini menjadi cermin jujur bahwa ada banyak hal yang sudah baik, tapi lebih banyak lagi yang bisa ditingkatkan.

Visual : Ali Imron

COMMENTS