Menjelang pertandingan ke-5 melawan Borneo, PSIM Yogyakarta kembali menjadi sorotan dalam perjalanannya di Liga Indonesia musim ini, bukan hanya dari segi permainan di lapangan, tetapi juga dari berbagai catatan statistik yang cukup menarik untuk disimak. Data terbaru per 11 September 2025 pukul 23.59 WIB menunjukkan gambaran lengkap mengenai kontribusi pemain, performa klub, hingga beberapa fakta unik yang membedakan PSIM dengan tim lain.

Dari sisi pemain, beberapa nama masih belum mendapatkan kesempatan bermain sama sekali. Muhammad Iqbal, Kasim Botan, Riyatno Abiyoso, Donny Warmerdam, dan Andy Setyo tercatat bahkan belum masuk ke dalam daftar susunan pemain. Sementara itu, ada yang baru berstatus cadangan tanpa menit bermain seperti Khairul Fikri (sekali cadangan), Diandra Diaz (empat kali cadangan), dan Rendra Teddy (empat kali cadangan). Hal ini menunjukkan masih adanya kedalaman skuad yang belum dimanfaatkan penuh oleh pelatih.

Di sisi lain, beberapa pemain justru menjadi tulang punggung tim dengan menit bermain yang sangat tinggi. Nama-nama seperti Vidal, Ze Valente, Haljeta, Franco, dan Yusaku sama-sama mencatat 360 menit penuh. Di bawah mereka, ada Reva Adi dengan 349 menit dan Raka Cahyana dengan 340 menit. Artinya, ketiga nama terakhir ini menjadi pemain yang paling banyak diandalkan selain deretan starter reguler.

Sebaliknya, ada juga pemain yang baru merasakan menit bermain sangat sedikit. Dede Sapari hanya mencatat 4 menit, Ikhsan Chan 5 menit, dan Andi Irfan 11 menit. Statistik ini menggambarkan betapa ketatnya persaingan di dalam skuad PSIM, di mana ada pemain yang terus dipercaya, sementara lainnya masih menunggu momen terbaik untuk menunjukkan kualitasnya.

Dari segi rotasi, data menunjukkan bahwa Deri Corfe menjadi pemain yang paling sering ditarik keluar dengan tiga kali pergantian. Sementara itu, Savio Sheva mencatat rekor sebagai pemain yang paling sering dimasukkan dari bangku cadangan, yaitu empat kali. Dari sisi disiplin, Reva Adi sejauh ini tercatat sebagai pemain dengan koleksi kartu kuning terbanyak, yaitu dua kartu.

Beranjak ke catatan klub secara keseluruhan, PSIM ternyata mencatat efisiensi luar biasa. Mereka menjadi tim dengan conversion rate tertinggi di liga, yakni 125%. Angka ini diperoleh dari lima gol yang dicetak hanya melalui empat tembakan tepat sasaran. Fakta ini menunjukkan tingkat efektivitas yang sangat tinggi, meski jumlah peluang yang mereka hasilkan sebenarnya minim.

Ya, meskipun efisien, PSIM justru menjadi salah satu tim dengan catatan shots on target terendah di liga, hanya empat kali sejauh ini. Posisi ini hanya lebih baik dari Persita yang mencatat tiga tembakan tepat sasaran. Menariknya, dari sedikit peluang tersebut, dua gol PSIM tercipta melalui sundulan kepala. Catatan ini menempatkan mereka sebagai tim dengan gol heading terbanyak kedua di liga, hanya kalah dari Persik yang mencetak tiga gol dengan cara serupa.

Jika menilik distribusi gol berdasarkan waktu pertandingan, ada pola unik lain dari PSIM. Hingga saat ini, tim belum pernah mencetak gol di babak pertama. Empat gol lahir di babak kedua waktu normal, sementara satu gol tambahan datang pada masa injury time babak kedua. Pola ini seakan menggambarkan PSIM sebagai tim yang cenderung tampil lebih tajam di paruh akhir pertandingan.

Drama juga terjadi dari titik putih, namun kali ini dalam posisi bertahan. PSIM tercatat sebagai klub yang paling banyak mendapat hukuman penalti, yaitu sebanyak tiga kali. Dari total itu, satu eksekusi berhasil menjadi gol bagi lawan, sementara satu eksekusi melambung di atas mistar gawang dan satu sisanya berhasil diselamatkan kiper PSIM. Fakta ini menandakan bahwa lini pertahanan Laskar Mataram masih sering melakukan pelanggaran berisiko di area terlarang, meski di sisi lain kiper mampu tampil sigap menahan sebagian besar eksekusi.

Dukungan dari suporter juga menjadi sisi positif lain yang patut diapresiasi. Dengan rata-rata 8.672 penonton per pertandingan, PSIM menempati peringkat keenam sebagai klub dengan jumlah penonton terbanyak di liga. Mereka berada di bawah lima tim besar, yaitu Persija, Persib, Persis, Persebaya, dan Bali United. Angka ini membuktikan bahwa antusiasme pendukung PSIM tetap tinggi, meski klub ini masih terus berjuang memperbaiki konsistensi di lapangan.

Secara keseluruhan, data ini menghadirkan dua sisi yang kontras. Di satu sisi, PSIM punya efisiensi serangan yang sangat luar biasa dengan conversion rate tertinggi di liga. Namun, di sisi lain, jumlah peluang yang mereka hasilkan masih sangat sedikit. Dari sisi pemain, ada pilar-pilar utama yang terus diandalkan penuh, sementara sebagian besar lainnya masih menunggu giliran untuk berkontribusi. Tantangan berikutnya bagi PSIM adalah bagaimana menjaga momentum efisiensi ini sekaligus memperbanyak peluang lagi di depan gawang lawan.

(data disadur dan diolah dari berbagai sumber terpercaya seperti transfermarkt.com)

Visual: Ali Imron

COMMENTS