Sebagai suporter PSIM Jogja yang tidak terlalu garis keras, jujur saja saya cukup waswas sekaligus penasaran menghadapi musim ini. PSIM akhirnya promosi ke Liga 1 setelah penantian panjang, tapi situasinya jauh dari ideal. Bukan soal semangat para Laskar Mataram, tapi karena faktor teknis seperti waktu persiapan yang super mepet, skuad penuh wajah baru, dan liga yang sudah semakin kompetitif.

Masuknya Jean-Paul Van Gastel sebagai pelatih kepala juga menjadi teka-teki tersendiri. Pelatih asal Belanda ini bukan nama kaleng-kaleng. Pernah jadi asisten pelatih kepala Feyenoord dan terakhir memimpin Guangzhou City di Tiongkok, Van Gastel punya rekam jejak mentereng dalam membentuk tim dengan gaya main progresif. Namun, mampukah dia menyulap PSIM menjadi tim yang “ganas” dalam waktu hanya beberapa minggu?

Persiapan Kilat, Taktik Kilat

Van Gastel terang-terangan mengakui bahwa ia harus menyiapkan strategi kilat. Dalam wawancaranya, ia bilang bahwa waktu pramusim yang hanya sekitar satu bulan membuatnya harus fokus pada hal-hal esensial saja seperti latihan fisik, pemahaman taktik dasar, dan membentuk chemistry pemain.

Sebagai suporter yang juga hobi mengamati pola permainan, saya menangkap bahwa Van Gastel akan menghindari pendekatan yang terlalu kompleks. Ia akan memilih struktur permainan yang cepat dipahami, bisa dijalankan dengan intensitas tinggi, dan menonjolkan efektivitas. Dengan kata lain, less is more.

Saya menduga kuat PSIM akan bermain dengan formasi dasar 4-3-3 atau 4-2-3-1. Keduanya adalah format yang cukup standar dalam sepak bola Eropa dan relatif mudah diadaptasi oleh pemain-pemain baru. Tapi yang menarik bukan formasinya, melainkan filosofi yang dibawa, pressing tinggi, transisi cepat, dan penggunaan pemain asing sebagai motor serangan.

Mengolah Kekacauan Jadi Kekompakan

Skuad PSIM saat ini dihuni 13 pemain baru, termasuk empat pemain asing, Rakhmatsho Rakhmatzoda (bek), Ze Valente (gelandang), Deri Corfe (sayap), dan Nermin Haljeta (striker). Mayoritas dari mereka datang dengan latar belakang yang menjanjikan. Tapi semua orang tahu, seberapa bagus pun pemainnya, tanpa waktu membangun chemistry, semuanya bisa berantakan.

Nah, di sinilah letak kecerdasan Van Gastel diuji. Saya perkirakan dia akan memakai pendekatan small-sided games dalam latihan 3v3, 5v5, atau 6v6 untuk mempercepat pemahaman ruang, pergerakan, dan komunikasi antar pemain. Pola permainan kecil-kecil seperti ini bisa membentuk kelekatan permainan antar lini dalam waktu singkat.

Di lapangan, kemungkinan besar Van Gastel juga akan menerapkan sistem “skrip pertandingan”, 15 menit pertama bermain intens, lakukan pressing di zona tinggi, lalu perlambat tempo bila lawan mulai adaptif. Ini semacam strategi tempur berbasis momentum atau main cepat untuk mencetak gol awal, kemudian bermain aman dan efektif.

Menebak Gaya Main PSIM ala Van Gastel

Sebagai suporter yang sering nongkrong di tribun utara, saya tidak hanya menikmati atmosfer stadion tapi juga suka mengamati jalannya pertandingan dari sisi taktik. Dari formasi dan komposisi pemain, saya menduga PSIM Van Gastel akan bermain seperti ini,

Lini belakang akan dipimpin oleh Rakhmatzoda yang tinggi besar dan tangguh di duel udara. Ia akan jadi pilar utama dalam mengorganisir lini pertahanan dan bisa menjadi inisiator build-up dari belakang. Bek lokal akan mendampinginya, mungkin dengan karakter lebih cepat dan agresif.

Lini tengah akan dipimpin oleh Ze Valente. Gelandang asing satu ini akan menjadi otak permainan, baik dalam mendikte tempo maupun mengatur arah serangan. Ia akan ditemani dua gelandang lokal dengan peran box-to-box dan destroyer untuk menjaga keseimbangan.

Lini depan akan jadi senjata utama. Corfe dan Haljeta bakal diberi kebebasan untuk mengeksploitasi sisi sayap dan half-space. Saya perkirakan Haljeta akan menjadi target man, sementara Corfe lebih fleksibel: bisa bermain sebagai inverted winger maupun second striker. Serangan PSIM akan banyak bertumpu pada eksploitasi ruang sempit dengan passing-passing pendek cepat, lalu umpan terobosan mendalam.

Tantangan yang Tak Bisa Diabaikan

Tentu, semua rencana akan tinggal rencana jika tidak dijalankan dengan eksekusi yang matang. Beberapa tantangan nyata yang dihadapi PSIM musim ini antara lain:

Minimnya waktu adaptasi pemain baru

Rasa-rasanya kita tidak bisa berharap PSIM tampil sempurna di tiga laga awal. Kemungkinan akan ada miskomunikasi di lini belakang, koordinasi serangan yang belum klik, bahkan mungkin keraguan antar pemain.

Kedalaman skuad yang belum teruji

Kalau ada satu dua pemain kunci cedera, siapa yang siap menggantikan? Liga 1 bukan kompetisi ringan. Fisik harus prima, dan rotasi harus siap kapan pun.

Tekanan atmosfer Liga 1

Ini musim pertama PSIM kembali ke kasta tertinggi. Mental bertanding akan sangat menentukan. Di sinilah peran Van Gastel dalam membangun kepercayaan diri anak-anak Jogja sangat penting.

Potensi Ganas yang Masih Tersembunyi

Terlepas dari semua tantangan, saya tetap optimistis. Van Gastel bukan pelatih amatiran. Ia punya pengalaman membangun tim dari nol dan membuatnya bermain dengan identitas yang kuat. Jika pola pressing tinggi dan transisi cepat yang dia siapkan berhasil diterapkan, PSIM bisa menjadi kuda hitam yang menyebalkan di Liga 1.

Apalagi dengan dukungan suporter yang fanatik dan atmosfer yang menggila, PSIM punya modal non-teknis yang tidak bisa dianggap enteng.

Kita mungkin tidak langsung melihat permainan sempurna. Tapi jangan heran kalau di tengah musim nanti, PSIM berubah menjadi tim yang mampu mencuri poin dari siapa pun. Tim yang “ganas” bukan karena jumlah kartu merah atau tekel brutal, tapi karena gaya main yang berani, cepat, dan penuh determinasi.

Menanti PSIM Meledak

Sebagai suporter dan pengamat setia, saya tidak akan menuntut PSIM langsung jadi juara. Tapi saya berharap mereka tampil berani. Tampil penuh nyali. Jangan takut salah oper atau kebobolan di menit akhir. Yang penting adalah main dengan identitas, main dengan semangat, dan tentu saja… main dengan strategi.

Van Gastel mungkin datang dengan waktu mepet, tapi strategi kilatnya bisa jadi kejutan besar. Kita tunggu saja bagaimana para Laskar Mataram akan menari di atas panggung Liga 1 dengan tempo cepat, pressing rapat, dan semangat yang tak pernah padam.

Visual : Ali Imron

COMMENTS